Menelisik Kekerasan Seksual : Tantangan Hukum, Dampak, dan Peran Media dalam Mengangkat Narasi yang Berkeadilan

Kekerasan seksual adalah masalah yang semakin banyak disorot dalam berbagai aspek kehidupan kita, terutama dalam dunia pendidikan dan dunia kerja, dua ruang yang seharusnya memberikan kenyamanan dan keamanan bagi setiap individu. Namun, pada kenyataannya, ruang-ruang ini sering menjadi tempat terjadinya kekerasan seksual, yang sayangnya kerap tak terselesaikan dengan adil dan manusiawi. Artikel ini bertujuan untuk menyelami tantangan hukum yang dihadapi dalam menindak kasus kekerasan seksual, dampaknya pada kesehatan mental, serta peran media dalam membangun narasi yang berempati dan berkeadilan.
Tantangan Hukum dalam Menangani Kasus Kekerasan Seksual
Di Indonesia, tantangan hukum dalam mengatasi kasus kekerasan seksual masih banyak ditemui. Meski UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS) telah diundangkan, namun penerapan di lapangan menghadapi banyak kendala. Kasus-kasus seringkali terhenti pada level penyidikan atau bahkan gagal mencapai tahap pengadilan karena minimnya bukti, kurangnya dukungan terhadap korban, serta stigma yang masih sangat kuat di masyarakat.
Selain itu, peraturan internal institusi pendidikan atau dunia kerja juga sering kali tidak memiliki mekanisme yang efektif untuk melaporkan dan menangani kasus kekerasan seksual. Mahasiswa atau pegawai yang menjadi korban sering kali enggan berbicara karena khawatir akan dampak negatif terhadap status pendidikan atau karir mereka. Pertanyaannya kemudian, bagaimana kita bisa membangun sistem yang mendukung korban dengan lebih baik dan memastikan bahwa hukum berjalan dengan adil?
Kekerasan Seksual di Lingkungan Pendidikan dan Dunia Kerja: Realita yang Perlu Diakui
Lingkungan pendidikan dan dunia kerja seharusnya menjadi tempat berkembang, bukan justru tempat kekerasan seksual terjadi. Sayangnya, hierarki yang kuat dan ketergantungan pada pihak-pihak tertentu membuat kasus kekerasan seksual di lingkungan ini sering tidak terungkap. Kekerasan seksual di lingkungan pendidikan, misalnya, melibatkan dosen, mahasiswa, hingga pegawai administratif. Bentuknya bisa beragam, dari pelecehan verbal hingga tindakan yang lebih serius.
Di dunia kerja, isu kekerasan seksual juga kompleks, di mana korban bisa kehilangan pekerjaan atau dikucilkan jika berani melaporkan pelaku. Sehingga, membuka ruang aman bagi korban untuk melapor tanpa takut dihakimi menjadi kebutuhan yang mendesak. Institusi pendidikan dan perusahaan juga perlu membangun kebijakan tegas dan melatih staf untuk memahami batasan-batasan etis serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah kekerasan seksual.
Dampak Kekerasan Seksual pada Kesehatan Mental Korban: Trauma yang Berlapis
Kekerasan seksual tidak hanya meninggalkan luka fisik tetapi juga dampak mendalam pada kesehatan mental. Korban sering kali menghadapi trauma berkepanjangan seperti depresi, kecemasan, bahkan gangguan stres pascatrauma (PTSD). Di dunia akademik, korban kekerasan seksual mungkin merasa malu atau takut saat harus berinteraksi dengan rekan-rekan mereka, sehingga mengganggu performa akademik atau profesional.
Dunia pendidikan, di sisi lain, harus menyediakan akses yang memadai terhadap layanan kesehatan mental untuk mendukung pemulihan korban. Membentuk kelompok dukungan atau menyediakan konselor khusus untuk korban kekerasan seksual adalah langkah yang bisa membantu korban memulihkan diri secara bertahap. Namun, institusi sering kali masih minim kepedulian terhadap layanan kesehatan mental ini.
Peran Media dalam Menghadirkan Narasi yang Adil dan Berempati
Media memiliki peran penting dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap isu kekerasan seksual. Namun, pemberitaan yang kurang berempati atau sensasional seringkali malah menambah penderitaan korban dan melanggengkan stigma. Beberapa media menyorot aspek sensasional kasus tanpa mempertimbangkan dampak pada korban atau keluarga korban, atau bahkan melibatkan foto dan identitas korban tanpa izin yang sah. Hal ini bisa memperparah trauma yang sudah ada pada korban.
Peran media dalam memberitakan kekerasan seksual seharusnya tidak hanya sebagai penyampai berita, tetapi juga sebagai agen perubahan sosial. Media perlu mengedepankan perspektif korban, menyajikan berita dengan empati, serta memberikan ruang bagi suara korban untuk didengar tanpa menghakimi. Dengan cara ini, media dapat berperan sebagai pendukung perubahan sosial yang melindungi korban dan mengedukasi masyarakat.
Kekerasan seksual adalah isu kompleks yang membutuhkan perhatian dan tindakan bersama dari berbagai elemen masyarakat, mulai dari hukum, institusi pendidikan, perusahaan, hingga media. Setiap elemen harus berperan dalam menciptakan lingkungan yang aman, adil, dan berempati, di mana korban kekerasan seksual bisa mendapatkan keadilan dan dukungan yang mereka butuhkan. Hanya dengan membangun solidaritas dan kesadaran bersama, kita bisa membawa perubahan nyata dalam melawan kekerasan seksual dan menciptakan ruang aman bagi setiap individu.